Powered By Blogger

Minggu, 05 April 2015

Terkagum akan kecerdikannya!



            “Thofhan, dipanggil sama bapa” ucap salah seorang murid dismp gue. Ya thofhan itu salah satu temen deket gue, dia anak guru di sekolah gue. Thofhan yang pada saat itu sedang memainkan laptopnya bersama gue, dimas, naufal dan satrio langsung pergi keluar kelas untuk menghampiri bokapnya. kelas gue ga terlalu jauh dengan ruang guru. Ya kejadian ini terjadi pada saat gue kelas 3 SMP. Setelah thofhan pergi, gue pun pergi ke toilet karna sudah tidak tahan untuk buang air kecil.
            Sesampainya gue ke kelas gue, terlihat naufal dimas dan satrio sedang tertawa dengan ekspresi yang mencurigakan. Awalnya gue pikir ada yang ga beres dengan gue dijaili oleh mereka, ternyata tidak. Setelah gue tanya, ternyata mereka menyembunyikan charger laptopnya thofhan. Mereka menyembunyikan dengan cerdik. Waktu itu dikelas gue ada loker, dan loker untuk absen 27 (dikelas gue cuman sampe 26 anak) yang tidak dimiliki oleh siapapun dan tak bisa dibuka menjadi tempat persembunyian charger laptop thofhan itu. Tidak tau siapa dalangnya, yang pasti otaknya sangat cerdik untuk menyembunyikannya ditempat seperti itu. Entah bagaimana caranya untuk memasukannya kedalam loker no 27 itu, gue gamau terlalu memikirkannya, pada saat itu gue ikutan ketawa aja dan gue ikut merahasiakannya.
            Thofhan kembali ke dalam kelas, dia terlihat biasa saja dan tidak menyadari ada yang kurang. Ketiga temen gue dan gue sendiri cuman bisa nahan ketawa seperti squidward menahan ketawa di film spongebob yang pada saat episode kotak tertawa. Ya seperti itu kira kira wajah kita berempat. “teng.... teng.....teng.....teng.....” bel empat kali berbunyi, bel paling ditunggu tunggu oleh semua murid, bel saatnya pulang. Thofhan pun masih belum menyadarinya.
            Keesokan harinya pun thofhan kesekolah dengan wajah panik. Gue dan ketiga temen kemarin mungkin sudah lupa dengan disumputkannya charger laptop thofhan. Dengan wajah tidak berdosa kita pun bertanya “ada apa thof ?”.
“Charger laptop ilang” ujar thofhan.
            Gue sama temen temen gue baru sadar dengan charger thofhan. Sepertinya kami berempat baru bangun dari tidur kami dan baru sadar. “kok bisa ilang ?” ujar dimas.  “kaga tau ilang kemana”. Kami berempat berpura pura ikut mencari kesana kemari. 3 hari kemudian charger thofhan belum ditemukan. Thofhan semakin panik sedangkan kami menahan tertawa kami.
            Tak lama kemudian datanglah seorang guru kekelas kami. Ya itu bokapnya thofhan. Gue sempet berfikir kalau thofhan mengadu. Akan tetapi gue tau thofhan anaknya ga aduan ke orang tua. Jadi apa kendalanya ?. “charger laptop bapa hilang dikelas ini. Apa ada yang mengambilnya ? jawab saja jujur” ujar bokapnya thofhan. Gue sama temen temen gue semakin bingung dengan keadaan. Apakah itu charger laptop thofhan, ataukah milik bokapnya, ataukah itu milik thofhan lalu thofhan menceritakan semuanya ke bokapnya lalu bokapnya mengaku ngaku kalau itu punya bokapnya thofhan. Ini semua semakin membingungkan. Dengan nada tenang anak kelas menjawab “tidak ada yang mengambilnya pa”. “ya sudah tolong bantu carikan charger laptop bapa ya. Bapa sangat membutuhkannya” ujar bokap thofhan dengan nada dan suara yang gagah. Bokapnya thofhan pun langsung keluar kelas.
            “thof itu yang ilang charger laptop kau apa bapa kau ?” ujar dimas. “itu charger laptop bapa aku lah”. Gak tau apa yang nyambet gue berempat, niat jahat kita berempat lenyap hilang. Gue berempat pun mengaku kepada thofhan kalau charger nya itu disembunyikan diloker kelas no 27. “ah kampret lo pada, udh dicari dirumah ga ada udah panik taunya disumputin hahahaha” thofhan berkata sambil tertawa. Akhirnya chargernya itu pun dikembalikan. Gue perhatiin cara ngeluarinnya dan ternyata sama seperti cara memasukan charger tersebut. Dengan cerdiknya mereka melepas penutup antara loker 26 dan 27 dengan penggaris besi. “hebat juga caranya” ujar gue terkagum dengan cara seperti itu.   

Jumat, 03 April 2015

Asal Muasal upil



          Nyokap sungguh luar biasa, dia menahan sakit demi memperjuangkan gue. Tepatnya nyokap sama bokap bersusah payah merjuangin diri gue yang pada saat itu mulai ingin menampakan diri didunia ini. Tepatnya pada puluk 00:05, gue pun lahir. Seorang anak yang cukup rajin pada saat sd, cukup pendiem pada saat smp, dan termasuk anak yang kalem pada saat sma *sebenernya itu semua kebalikannya dari gue yang sebenernya. Tapi itulah gue, nama Luthfi Dwi Nugraha. Dipanggil dengan panggilan yang biasa orang panggil kepada orang yang bernama Luthfi yaitu upil. Ya awalnya gue ga suka dengan panggilan itu, terbilang tidak menyenangkan disebut upil, kotoran hidung yang ada di hidung lo semua sebagai pembaca. Tapi lama kelamaan gue terbiasa juga karna panggilan itu cukup mudah diingat oleh setiap orang. Guru gue juga pernah manggil upil, bukan pernah lagi, bahkan sering setiap manggil gue dengan sebutan upil.

          Upil. Itulah yang setiap saat teman teman gue manggil gue. Semua itu berawal pada saat aku smp kelas 2. Gue bisa dibilang bisa main basket, tapi ga jago jago amat. Ngomong ngomong soal basket, gue ikut ekskul basket di SMP gue. Ya posisi gue sebagai shooting guard. Gue pernah juara 3 lomba basket antar smp, pada saat gue ada dibangku kelas 3 smp. Itu prestasi gue dari salah satu hobby gue yaitu basket. Kenapa kita jadi ngebahas hobby ?? gue sendiri bingung kenapa kita bahas hobby.

          Kembali ke topik, sebutan upil itu pertama kali dipanggil ke gue oleh temen basket gue sendiri pada saat kelas 1 smp. Panggil aja raffi. Suatu ketika kita sedang latihan. Waktu itu gue ga sejago sekarang, walau cuman bisa drible ditepak dan shoot ga pernah masuk aja sih. Tapi minimal gue udh dapet dasar dasarnya ß so jago. Oke lupakan yang gue jago itu. Gue lagi latihan drible, raffi pun datang dengan tubuhnya yang kurus dan ga terlalu tinggi rambut ga belah tengah tapi diponi pada saat itu. Dia meminta gue passing bola ke dia. Tapi, ada satu hal yang menjanggal gue. Kenapa dia manggil gue upil dengan seenaknya.

“kamu kok manggil upil sih  ?” gue tanya ke dia.

“gapapa kali cepet oper bolanya kampret”

“maksud kau dulu apa manggil aku upil ?” gue penasaran.

            Gue ga sadar kalau gue lagi main basket, direbut tuh bola sama musuh.

“ah dasar kampret, jadi kerebut kan” raffi marah ke gue

“ah kau sendiri manggil kaya gitu”

            Dari situlah nama panggilan gue ada. Mungkin dia manggil gue karna gue kaya upil mungkin ya. Tapi gue berfikir, mungkin juga karna tubuh gue yang kaya upil. Tapi mana mungkin juga, karna gue tau tubuh gue udh segagah artis artis yang di film film spiderman itu. Sebelum itu lo harus tau kalau gue itu orangnya berkulit ga terlalu putih tapi ga hitam. Mata ga sipit ga belo. Hidung ga mancung aga pesek. Dan tinggi ga tinggi tapi ga pendek. Coba lo bayangin sendiri. Itulah diri gue dan asal muasal upil ada.